Barangan ini digantung terpaku pada tiang-tiang istana[8][9] didiami raja yang menguasai kerajaan ini yang bergelar "Oba". Di istana ini juga si Oba melakukan upacara istiadat rumit yang dihadiri para pahlawan, pembesar, pendeta dan isi istana termasuk pedagang dan tentera upahan asing. Maka, beratus-ratus plak dan patung yang ada ini menggambarkan orang dan acara yang menghidupkan istana,[8] memuliakan Oba dan kekuasaan kerajaannya atau untuk menghormati bunda permaisuri yang dianggap mulia dalam budaya mereka. [10]

Pengukiran ini juga ada kaitan dengan adat yang dilaksanakan di mana seorang raja yang ditabalkan akan mendapatkan ukiran untuk raja sebelumnya yang telah mangkat.